Rakyat Kongo-Brazzaville yang merayakan 50 tahun kemerdekaan negerinya dari Perancis pekan ini, masih juga dijajah kemiskinan kendati perang saudara sudah berakhir, dan 12 persen pertumbuhan ekonomi mulai terlihat.
Sekitar 70 persen dari 3,6 juta penduduk negara Afrika tengah barat yang kaya minyak itu masih hidup di bawah garis kemiskinan, kendati perdamaian mereka rasakan sejak tujuh tahun silam.
Di tengah kondisi damai itu, ekonomi Kongo-Brazzaville mengalami pertumbuhan sebesar dua digit. "Kondisi lima puluh tahun merdeka umumnya negatif. 50 tahun merdeka ditandai dengan kegagalan. Rentang waktu itu disirami darah," kata Pemimpin Partai Oposisi Mathias Dzon.
Hingga 1992, Kongo dikuasai satu partai namun sistem multi-partai pun ditandai dengan bangkitnya para milisi bersenjata yang menjerumuskan negeri itu ke dalam pusaran perang saudara.
Konflik di Kongo pertama kali pecah pada 1993-1994 disusul perang tahun 1997 dan 1998-2003. Konflik berkepanjangan itu menewaskan sedikitnya 15.000 orang.
Namun perdamaian akhirnya terwujud pada 2003 setelah pemerintahan Presiden Denis Sassou Nguesso dan Pemimpin Dewan Perlawanan Nasional Frederic Bintsamou (Frater Ntumi) sepakat mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung sepuluh tahun itu.
Menjelang perayaan 50 tahun kemerdekaan Kongo dari Prancis tahun 1960 yang jatuh pada hari Minggu itu, Presiden Sassou Nguesso menekankan bahwa perdamaian yang langgeng akan membantu Kongo mengatasi masalah kemiskinan ini.
"Dalam 50 tahun terakhir, keterhubungan terlemah dalam aksi kolektif kita adalah kegagalan kita dalam program ekonomi dan sosial. Kita sedikit berhasil di bidang politik."
"Kita semua tahu bahwa tidak ada kemerdekaan sejati tanpa emansipasi maupun kemerdekaan sosial dan ekonomi," kata politisi yang terpilih kembali memimpin Kongo selama tujuh tahun mendatang pada 2009 itu.
Kongo yang pernah dicap berbagai lembaga keuangan internasional sebagai salah satu negara penghutang terbesar dunia itu kini menerima manfaat dari program Inisiatif Negara-Negara Miskin Penghutang Terbesar (HIPCI).
Kelompok-kelompok hak azasi manusia dunia mendorong pemerintah Kongo agar memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyatnya, termasuk akses pelayanan kesehatan yang bermutu.
15 Agustus 2010
Rakyat Kongo 50 Tahun Merdeka, Dijajah Kemiskinan
00.48
Ajang artikel
No comments
0 komentar:
Posting Komentar