Heri Kurniawan (13), anak pasangan Petrus (48) dan Elisabeth Gianti (37), warga Desa Tembalang, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terpaksa harus diikat tangannya karena sering mengamuk.
Elisabeth yang merupakan ibu Heri, Sabtu, mengemukakan kondisi jiwa anaknya agak terganggu sejak ia berumur tiga tahun. Awalnya, ia hanya sakit demam, namun tidak kunjung sembuh. Kesehatan jiwanya terganggu setelah beberapa hari ia sembuh dari sakitnya. "Tidak ada yang aneh dari anak saya. Awalnya, ia hanya demam, namun setelah sembuh menjadi berubah," katanya.
Ia mengatakan perilaku anaknya berubah menjadi nakal. Ia sering menggigit dirinya serta mengganggu kakaknya. Kondisinya juga semakin parah, ketika umurnya sudah bertambah tiga tahun.
Menurut dia, anaknya menjadi sangat nakal. Selain mengganggu anggota keluarga sendiri, ia juga mengganggu para tetangga di antaranya dengan melemparinya dengan menggunakan batu maupun alat lain yang ditemukannya, sehingga para tetangga merasa tidak nyaman. "Ia menjadi sangat nakal dengan sering melempari rumah para tetangga. Kami sedih jika itu terjadi," katanya.
Elisabeth sendiri mengaku sudah berupaya untuk mencari pengobatan guna menyembuhkan anaknya tersebut. Harta bendanya juga habis untuk pengobatan.
Bahkan, saat ini, suaminya sudah tidak ada di rumah. Ia telah lama pergi merantau ke luar negeri mencari uang untuk kesembuhan anaknya.
Selain itu, ia juga harus menghidupi kedua anaknya yang lain yaitu Yustinasili (14) dan Rafael Peta (16), yang masih membutuhkan uang banyak untuk pendidikannya, namun hingga kini usaha itu masih belum menunjukkan hasil.
Karena tidak kunjung sembuh dan khawatir mengganggu warga, keluarga akhirnya mengikat salah satu tangan Heri yang sebelah kanan di sebuah pohon rambutan tidak jauh dari lokasi rumah.
Untuk makan sehari-hari, katanya, keluarga tetap memperhatikannya. Keluarga tetap memberi makan, walaupun dengan menu seadanya.
Saat makan pun, kata Elisabeth, dia terpaksa tidak melepaskan tali ikatan tangan anaknya. Ia sebenarnya mengaku sangat trenyuh melihat hal tersebut, namun tidak dapat berbuat banyak.
Para tetangga mengaku prihatin dengan sikap keluarga yang mengikat tangan anak mereka selama sekitar 10 tahun. Seharusnya, Heri bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik, sehingga sakitnya bisa pulih. "Anak itu masih mempunyai masa depan yang panjang. Seharusnya, ia bisa melanjutkan sekolahnya. Tidak seharusnya dia diikat tanganya," kata Saropan, salah seorang tetangga.
Walaupun mengaku prihatin, Saropan juga mengaku cukup khawatir jika sewaktu - waktu Heri mengamuk.
Pihaknya berharap, pemerintah membantu keluarga tersebut, agar Heri mendapatkan pengobatan, sehingga bisa pulih seperti pada umumnya. (kompas)
14 Agustus 2010
Masalah Kejiwan, Heri Terpaksa Diikat di Pohon Rambutan
11.06
Ajang artikel
No comments
0 komentar:
Posting Komentar