Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjidil Haram, Makkah. la terpesona rnenyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka.
Abu Bashir membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu, yang akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan. Melihat hal itu, Imam Ja’far Al-Shadiq, tokoh spiritual terkenal yang juga seorang ulama besar dari keluarga Rasulullah SAW, kemudian menyuruh Abu Bashir menutup matanya.
Lantas Imam Ja’far mengusap wajah Abu Bashir. Ketika membuka lagi matanya, Abu Bashir terkejut. Di sekitar Ka'bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya. Terdengar saura mendengus, melonglong dan mengaum. Imam Ja’far berkata, "Betapa banyaknya lolongan atau teriakan, betapa sedikitnya yang haji,"
Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali pertama adalah tubuh-tubuh manusia. Dan yang dilihat kedua kalinya adalah bentuk-bentuk roh mereka. Manusia adalah makhluk yang hidup di dua alam sekaligus. Tubuh kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu.
Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, yaitu alam yang bisa dilihat dan diraba menggunakan pancaindera. Sementara itu, roh kita hidup di alam metafisik, tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut.
Menurut Alquran, bukan hanya manusia tetapi segala sesuatu mempunyai malakut-nya. "Maka Mahasuci Allah yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu. Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan," (QS. Yasin 83) "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi," (QS. Al-An’arn 75)
Roh berada di alam malakut maka tidak dapat dilihat oleh mata lahir. Roh adalah bagian batiniah dari diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebagian di antara manusia yang dapat melihat roh dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinnya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugerah Allah (al-mawahib al-rabbaniyyah). Para Nabi, para walli, dan orang-orang saleh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam rnalakut itu, atas anugera Allah SWT.
Makanan Roh
Roh juga seperti tubuh dapat berada dalam berbagai keadaan. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, "Sesungguhnya tubuh mengalami enam keadaan yaitu sehat, sakit, mati, hidup, tidur, dan bangun. Demikian pula roh. Hidupnya adalah ilmunya, matinya adalah kebodohannya., sakitnya adalah keraguannya, dan sehatnya adalah keyakinannya, tidurnya adalah kelalaiannya, dan bangunnya ialah penjagaannya" (BiharAl-Anwar 61:40)
Seperti tubuh, roh pun memerlukan makanan. Mulla Shadra tidak menyebutnya makanan. Ia menyebutnya rezeki. Ia berkata, "Setiap yang hidup perlu rezeki, dan rezeki arwah adalah cahaya-cahaya ilahiah dan ilmu-ilmu rabbaniah" (Mafatih AI-Ghaib 545)
Untuk meningkatkan kualitas roh, supaya ia sehat dan kuat, kita perlu memberikan kepadanya cahaya-cahaya ilahiah dalam bentuk zikir, doa, dan ibadat-ibadat lainnya seperti salat, puasa, dan haji.
Pada Bulan Ramadhan, kita berusaha menerangi roh kita dengan berbagai makanan rohani. Kita mandikan roh kita dengan proses pensucian batin, seperti istighfar, mengendalikan hawa nafsu, dan menjauhi kemaksiatan.
Karena itu Nabi saw bersabda, "Bulan Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan atas kamu puasanya dan disunnahkan bagimu bangun malamnya. Barangsiapa yang berpuasa dan melakukan salat malamnya dengan iman dan ikhlas, Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu"
Kita menghidupkan roh dengan ilmu-ilmu rabbaniah. Inilah yang kita maksud dengan dimensi intelektual dari keberagamaan kita. Ada ilmu-ilmu yang membantu kita untuk memelihara kesehatan tubuh kita seperti ilmu gizi, kedokteran, ekologi, dan sebagainya.
Di samping itu, ada ilmu-ilmu yang menolong kita untuk menyehatkan roh kita yaitu ilmu-ilmu tentang Alquran dan Sunnah (syariat), ilmu-ilmu tentang cara mendekatkan diri kita kepada Allah (thariqat), dan ilmu-ilmu berkenaan dengan pengalaman rohaniah (haqiqat).
Seperti tubuh, roh yang tidak diperhatikan dan dipelihara, roh yang kekurangan makanan akan menjadi roh yang lemah, sakit-sakitan, dan akan dikuasai setan. Roh yang sakit tampak dalam gejala-gejala seperti kegelisahan, keresahan, kebingungan, hidup yang tidak bermakna, hidup tanpa tujuan, kosongan eksistensial (existential vacuum).
Pendeknya, roh yang sakit tampak dalam hidup yang tidak tenteram. Alquran melukiskannya, "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta," (QS. Thaha 124) (tribunners/ryy)
15 Agustus 2010
Belajar Memelihara Roh Kita
00.57
Ajang artikel
No comments
0 komentar:
Posting Komentar