Total Tayangan Halaman

30 Agustus 2012

Nabi Isa Telah Wafat dan Tidak Akan Turun ke Bumi

 brainwash1
Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat, merujuk pada penafsiran Al-Qur'an, sebagaimana firman-Nya:
 "(Ingatlah) tatkala Allah ber firman, 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku akan memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu perselisihkan padanya'..." (Ali Imran: 55).
 "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.' Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada diantara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu." (al-Maa'idah: 117)
 Berkaitan dengan surat al-Maa'idah ayat 117 maka timbul penafsiran kata tawaffaitani-tawafa, yatawaffa, mutawaffi, yang artinya 'mematikan, mencabut nyawa atau mewafatkan'. Pengertian ini tentu saja berlaku untuk seluruh ayat yang berkaitan dengan kata tawafaa. Sehingga surat Ali Imran ayat 55 di atas harus dipahami secara yakin bahwa Allah telah mewafatkan, mematikan, atau mencabut nyawa Nabi Isa a.s..
 Kata tawaffa berasal dari kata kerja wafaya (wau-fa-ya) mempunyai arti: 'melunasi, menyelesaikan, menyempurnakan, wafat' (mati). Akar kata wafat (mati) sangat dekat dengan akar kata wifa' yang artinya, 'penyempurnaan atau pelunasan'. Sehingga dua kata itu merujuk pada sesuatu tugas yang sempurna atau telah selesai, atau seseorang yang telah selesai menjalani hidupnya alias mati. Apabila kata wafaya tersebut ditambah huruf mati ta dan fa, yaitu tawaffaya memberikan arti 'sangat bersungguh-sungguh'. Dan bila kata tawaffa dihubungkan dengan firman Allah surat al-Maa'idah ayat 117, maka memberikan arti yang pasti bahwa, "...Engkau wafatkan (angkat) aku..."
 Dengan pembahasan kata tersebut sampailah pada kesimpulan bahwa kata muttawafika dalam surat Ali Imran: 55, berarti Allah sungguh-sungguh (benarlah) akan mewafatkan engkau (Nabi Isa). Hal ini tidak dapat ditafsirkan lain kecuali Allah akan mewafatkan Nabi Isa.
 Apabila kata tersebut ditafsirkan lagi dengan ayat yang lain, maka akan didapat pengertian yang sama pada ayat ayat sebagai berikut: "... sampai mereka menemui ajalnya (yatawaffahunna)...." (an-Nisa' 4:15)
 "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan (tawaffaahum) malaikat... " (al-Maa'idah: 97)
"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa (yatawaffa) orang-orang...." (al-Anfal 8:50)
Masih banyak lagi kata atau ungkapan tawaffa dalam surat-surat pada Al-Qur'an yang keseluruhannya memberikan arti 'mewafatkan, mencabut nyawa', dan sebagainya. 2
 Apabila seluruh kata tawaffa dalam ayat-ayat yang disebutkan tersebut menunjukkan arti "mewafatkan dan mematikan", lantas atas dasar apa meragukan bahwa Nabi Isa telah diwafatkan (mati). Oleh karena itu, tidak dapat ditafsirkan lain bahwa Nabi Isa tidur, Nabi Isa istirahat, dan sebagainya.
 l. Kata Rafi'a
  • Kata raafi'uka (mengangkatmu) sebagaimana terdapat dalam Ali Imran: 55, tidak dapat ditafsirkan sebagai mengangkat Nabi Isa ke langit, karena tidak didukung oleh ayat lain yang memperkuat argumentasi bahwa kata raafi'uka menisbatkan kepada naiknya Nabi Isa ke langit dan kemudian hidup, tidur, atau istirahat di sana.
  • Kata rafi'u adalah isim fa'il atau pelaku yang berasal dari kata kerja rafa'a (telah mengangkat) dan bentuk rafa'a dengan segala bentukannya yang disebutkan di dalam Al-Qur'an menunjukkan pada sebuah makna 'meningkatkan derajat, mengungguli, dan mengatasi', sebagaimana di sebut di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :
". . . dan sebagiannya Allah meninggikan beberapa derajat.... (wa rafa'a ba'dhuhum darajatin)." (al-Baqarah 2:253 ).
 "... dan mengangkat sebagian kamu di atas sebagian yang lain (wa rafa'a ba'dhukum fawqa ba'dhin)." (al-An'am 6:165).
 Selanjutnya kata-kata rafa'a yang berarti 'mengangkat derajat'sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur'an-terdapat pula pada surat surat "wa rafa'na" (az-Zukhruf 43:32); "wa rafa'na" (Alam Nasyrah 94:4); "yarfa'u" (al-Mujadilah 58:11); dan "narfa'u" (Yusuf 12:76).
Dari uraian tadi dapat disimpulkan, sebagai berikut :
  • Nabi Isa a.s. telah diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan Sunnatullah yang tidak mungkin akan berubah selama-lamanya (al-Ahzab 33:62). Nabi Isa telah wafat dan diangkat derajatnya oleh Allah. Dan tentang wafatnya Nabi Isa, sesuai pula dengan Sunatullah bahwa segala benda yang bernyawa pasti akan menemui kematian.
  • Al Qur'an tidak pernah menyebutkan secara jelas dan muhkamat3 maupun mutasyabihat,4 apakah Nabi Isa masih hidup dan apakah sampai saat ini masih berada di langit? Lalu apakah setelah itu, ia akan turun kembali ke bumi untuk membasmi Dajjal. Padahal, tidak ada satu kata pun di dalam Al-Qur'an yang menyebut nama Dajjal. Dengan demikian, hal ini memperkuat argumentasi bahwa Nabi Isa telah wafat, dan tidak akan turun ke bumi dan tidak akan membunuh Dajjal.
  • Kiamat akan segera tiba setelah turunnya Nabi Isa yang akan memberantas Dajjal, kemudian mempersatukan umat manusia serta menjadikan semuanya beragama Islam dan menjadi imam shalat, tentunya berita ini merupakan berita besar yang mustahil luput dari uraian Al-Qur'an.
  • Mengingat turunnya Nabi Isa dan datangnya Dajjal tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, maka tidak menyebabkan berdosa apabila kita tidak mengimaninya. Lagi pula, rukun Iman yang telah diakui seluruh ulama sejak dahulu tidak mencantumkan hal ini.
2. Hadits-Hadits tentang Nabi Isa a.s. dan Dajal
 Argumentasi yang berdasarkan pada Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi Isa telah wafat dan tidak akan turun lagi ke bumi untuk memberantas Dajjal. Tentu hal itu tidak berdasarkan dalil hadits, walupun hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan yang lainnya.
 Bagi mereka yang menyangkal hadits tersebut didasarkan bahwa berita-berita yang diriwayatkannya bertentangan satu sama lain, karena mereka mendasari itu terhadap alasan-alasan berikut :
  • Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Amru bin Ash disebutkan, "...kemudian Isa Almasih itu, menetap bersama manusia tujuh tahun lamanya…"
  • Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Abu Daud, al-Hakim, dan Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah r a. menyebutkan, "…Isa menetap di bumi empat puluh tahun lamanya, kemudian ia pun wafat, maka kaum muslimin menyembahyangkannya ..."
  • Menurut Joesoef Souyb salah satu hadits yang meriwayatkan kedatangan Dajjal diterima melalui Ka'ab al-Ahbar5 yang mengatakan, "Aku akan mengirimmu kelak menghadapi Dajjal si Juling, dan engkau akan membunuhnya, lalu hidup di bumi sehabis itu selama dua puluh empat tahun dan Aku akan mematikanmu, seperti halnya orang yang hidup."
Penulisan hadits dengan isi pernyataan yang berbeda satu sama lainnya dan diceritakan melalui satu orang saja (hadits ahad) menyebabkan kedudukan hadits tersebut tidak termasuk mutawatir (hadits yang diriwayatkan oleh beberapa perawi). Di samping itu, sangat besar kemungkinannya adanya kesengajaan penyusupan dongeng atau kisah-kisah, seperti dituliskan dalam kitab Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Wahyu 19: 11-21, Wahyu 20: 4-6).
 Perlu diingat bahwa dalam teologi dan liturgi (ketuhanan dan tata cara agama) Yahudi dan Nashrani sangat kental akan kepercayaan Mesiah dan Adventisme (harapan atau keyakinan akan turunnya Yesus ke bumi) untuk membasmi segala roh jahat dan mengajak umat manusia hanya percaya kepada Kristus. (Sumber: khocet.com)
kilowyk

NABI ISA AS (JESUS)

 Dikutip dari Buku "Israel dan Petunjuk Dalam Kitab Suci al-Qur'an, Bab VIII
Oleh DR. Ali Akbar
 syahadat
Setiap orang Muslim akan setuju bahwa cerita tentang ke­hidupan Jesus adalah masalah yang kontroversil, terutama tentlang kematiannya. Tapi beberapa Muslim merasa yakin bahwa hal itu merupakan hasil kepercayaan kolot; untuk ini saya mengharapkan agar dia mengenal benar bab ini, dan memusatkan tidak kepada bab lain dari buku ini. Sebagai seorang Muslim kolot, diri saya sendiri tidak ingin masuk kepada argumen yang menyebahkan terdapatnya perbedaan yang merugikan terutama kepada pemeluk Islam yang belum banyak tahu tentang Islam sendiri; agar tidak menjadi bahan ejekan oleh orang-orang non Muslim.
Dalam bab-bab berikutnya, saya telah mencoba untuk memberikan pandangan sarjana-sarjana Muslim, tanpa keberanian untuk memberikan komentar pribadi. Saya percaya bahwa bagian yang terpenting bagi kita saat ini adalah memusatkan perhatian pada ramalan-ramalan Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam daripada mengetahui masalah kenabian Jesus secara mendalam.
Tapi saya mempunyai alasan untuk memberikan bab ini adalah karena hal ini merupakan yang memainkan peranan sangat penting dalam ramalan yang menyangkut kejadian dan situasi pada saat ini, dan para pembaca dapat melihat bahwa tanpa bab ini, maka buku kecil ini tidak akan lengkap. Saya berikan di sini dua ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan masalah ini. Saya juga memberikan sebuah komentar terhadap dua ayat tersebut oleh Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang saya ambil dari terjemahan Al-Qur'an kedalam bahasa Inggris yang diterbitkan oleh World Muslim League (al-Rabithah al-Is­lamiyah), Mecca, 1964.
Artinya:
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduthan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah," padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-­raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Qur'an Surat An Nisaa: 156-158)
Jadi, Al-Qur'an mengkategorikan penolakan cerita tentang penyaliban Jesus. Adalah suatu kepercayaan yang berkembang - secara umum di antara Muslim bahwa pada saat yang terakhir, Tuhan telah mengganti Jesus dengan orang yang lain yang wajahnya mirip Jesus (menurut beberapa perhitungan - orang itu adalah Judas) yang kemudian disalib ditempat itu. Pendapat ini didukung oleh banyak argumen yang tidak dapat dijelaskan tanpa mau mengetahui secara terinci, yang mana bukan merupakan ruang lingkup dari buku ini. Sebagai persamaan, bahwa ada yang berpendapat bahwa hal ini tidak ditemukan dukungan dalam Al-Qur'an atau tidak ada dalam tradisi yang autentik.
Menurut mereka, pemandangan ini mewakili tidak lebih dari usaha kebingungan daripada, "harmonisasi" pernyataan AI-Qur'an bahwa Jesus tidak disalib dengan gambaran grafis, didalam Injil tentang penyaliban. Cerita tentang penyaliban yang demikian itu telah diterangkan dengan singkat dalam ayat AI-Qur'an dalam ungkapan "walakin subbiha lahum" yang menyatakan sebagai "tetapi dia hanya muncul kepada mereka seperti jika telah seperti itu," suatu legenda yang bagaimanapun juga telah berkembang (kemungkinan di bawah pengaruh kuat dari kepercayaan Mithraistik) yang menceritakan bahwa dia telah meninggal di kayu palang agar dapat menebus beban dosa asli (warisan) yang tidak dapat dibuktikan. Legenda ini menjadi sedemikian kuatnya terwujud di antara pengikut Jesus berikutnya, bahkan musuh-musuhnva orang-orang Yahudi, sudah mulai mempercayainya - meskipun dalam sebuah perasaan yang bersifat menghina - (untuk penyaliban, waktu itu sebuah bentuk yang mengerikan dari hukuman yang mematikan dan dipersiapkan kepada kejahatan yang paling rendah nilainya).
Mereka yang percaya bahwa Jesus tidak disalib berdasarkan kepercayaan mereka pada penjelasan ayat “wa lakin subbiha lahum”, lebih-lebih pernyataan subbiha Iii adalah sama pengertian­nya/artinya dengan Khuyyila lii (sesuatu) "menjadi sebuah bayangan angan-angan bagiku "misalnya" "dalam pikiranku" dengan kata lain "kelihatannya bagiku." (Lihat Qamus, art. Khayall, as Well oleh Lane, Lexicon II, 833, dan IV, 1500).
Artinya:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai, Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan, mengangkat kamu kepada-Ku." (Al-Qur'an Surat Ali lmran: 55).
Menurut susunan tata bahasa, kata kerja rafa'ahu berarti °mengangkat dia" atau "menaikkan dia". Menurut beberapa komentator, bilamana kegiatan "raf ‘ bagi umat manusia dikaitkan dengan Tuhan, itu berarti "naik" atau "mengangkat" dia dalam perasaan penghormatan atau memuliakan dia. Di sini, dalam Al-Qur'an adalah berbagai jaminan kepada kepercayaan yang populer dari banyak Muslim, bahwa Tuhan telah mengangkat badan jasmaniah Jesus ke surga. Muhammad Asad juga telah men­terjemahkan rafa'ahu sebagai memuliakan dia.
Terjemahan ini, walau bagaimanapun juga, tidak diterima oleh liga dunia Muslim disebabkan oleh karena hal ini merupakan hal yang kontroversial, dan mereka membuang terjemahan Asad ini. Pernyataan "Tuhan telah memuliakan dia kepada diri­Nya sendiri di ayat di atas berarti menaikkan Jesus kepada kerajaan Tuhan sebagai rahmat yang spesial - suatu karunia yang seluruh Nabi juga merasakannya; sebagai bukti dari ayat Al-Qur'an berikut ini:
Artinya:
“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi“. (Al-Qur'an Surat Maryam: 57).
“ Di mana kata kerja rafa'ahu (Kami memuliakan dia) digunakan untuk Nabi Idris a.s. (lihat juga Muhammad Abduh dalam Al-Manar III, 316 dan VI, 20). "Bal" menurut komentator ini, pada permulaan ayat berarti menekankan perbedaan nyata di antara yang percaya kepada agama Yahudi dan mereka yang meletakkan Jesus kepada kematian yang memalukan di tiang salib dan menekankan bahwa Tuhan "memuliakan dia dalam diri­Nya".
Dalam pemandangan kepercayaan yang populer yang bertentangan dengan itu, satu kejutan telah dikemukakan dari Al-Azhar University, Cairo, yang mendukung terjemahan Muhammad Asad. Dalam sebuah surat (tertanggal 9 September 1960) kepada isteri saya dan menjawab pertanyaan tentang kematian Jesus Kristus, jawaban berikut ini telah diterima dari Muhammad Taufik Ahmer, Anggota High Islamic Council dari Dar Tabligh al-Islam, P.O. Box. 112, Cairo, Mesir:
"Dia (Jesus) adalah makhluk hidup, dan dia mati sebagaimana setiap orang mati, tetapi bila dan di mana, tak satupun yang mengetahui hal itu. Dia mengakhiri pesan-pesannya dan tidak pernah datang kembali."
Dia juga menunjuk bahwa ajaran Islam telah lengkap, dan tidak perlu lagi kembalinya Jesus atau Nabi lainnya, dan bahwa selama kita mengikuti Al-Qur'an, tidak perlu lagi mencari pengingat lainnya.
Syaikh Muhammad Syaltut (1964), seorang bekas Rektor AI-Azhar University, Cairo, telah mengeluarkan pengumuman pada tahun 1942 sebagai berikut:
"Tidak ada dalam Al-Qur'an, tidak pula dalam tradisi Suci dari Nabi, yang memberikan wewenang dalam perbaikan keimanan yang merupakan isi hati bahwa Jesus telah diambil dan di angkat ke syurga dengan badan jasmaninya, dan hidup di sana hingga saat ini, dan akan turun lagi pada suatu saat di kemudian hari." (untuk perbincangan lebih jauh, lihat Muhammad Syaltut, al-Fatawa Cairo, Mesir, terbitan kedua 59 - 65).
Kontroversial ini telah menjadikan naiknya berbagai cabang yang lain. Misalnya, Kitab Suci Al-Qur'an menyatakan kepada kita dengan jelasnya bahwa Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah Nabi terakhir, sebagaimana ayat berikut ini:
Artinya:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi. (Al Qur'an Surat Al Ahzab: 40).
Juga dalam Hadits, Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam menyatakan: "Tidaklah ada Nabi lagi sesudahku. " (Al Bukhari, Shahih, 64 : 78).
Sebuah sekolah tentang "pemikiran", di antara para Muslim mengatakan bahwa dalam cahaya ayat dari Kitab Suci Al-Qur'an dan Hadits, berbagai Muslim yang percaya bahwa Nabi Jesus akan kembali ke dunia ini untuk hidup dan lalu mati, harus menjawab pertanyaan sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi terakhir, Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam atau Jesus. Muslim yang menyatakan dalam keimanannya bahwa Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah Nabi terakhir, tapi percaya akan kedatangan Jesus ke dunia lagi untuk hidup dan mati akan menjadi percaya bahwa Jesus adalah Nabi yang terakhir.
Sekolah pemikiran lainnya menjawab hal ini bahwa dalam kembalinya Jesus, dia tidak lagi membawa berbagai wahyu, tetapi akan bertindak sesuai dengan Kitab Suci Al- Qur'an, dan dalam kehadirannya yang kedua akan berada dalam semangat sebagai seorang Muslim, yaitu sebagai pengikut Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam .
Dan dengan demikian, kontroversial yang berlangsung selama ini (14 abad terakhir) telah berakhir. Bila Allah menjadi tidak senang dengan orang-orang ini, Dia akan mengambil perasaan mereka yang paling utama.
Muslim yang ingin mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang Jesus, sebaiknya membaca "The Passover Plot" oleh Hugh J. Schonfield, London, 1966. Dia memberikan banyak sekali penjelasan yang penting dan terinci tentang Dead Sea Scrolls, kelahiran dan kehidupan serta kematian Jesus.
Buku lainnya yang menarik dalam hal ini adalah Honest to God, oleh John A.T. Robinson, Uskup dari Woolwich, London , 1963.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes | New Blogger Themes