Dari fosil yang dinamai Afrasia djijidae ini, muasal manusia diduga kuat bukan dari Afrika melainkan Asia.
Temuan terbaru kian menunjukkan keberadaan manusia primata berakar dari Asia, bukan Afrika sebagaimana yang selama ini disimpulkan. Berdasarkan hasil temuan fosil baru di wilayah Myanmar, Asia Tenggara, oleh sejumlah peneliti gabungan dalam tim internasional, nenek moyang manusia diduga lahir dari Asia dan bermigrasi ke Afrika jutaan tahun kemudian.
Demikian hasil penemuan yang tertulis dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (4/6).
Fosil yang dinamai Afrasia djijidae ini menjadi langkah penting di dalam pembuktikan originalitas tanah asal manusia awal. Sebab, sampai 18 tahun yang lalu, manusia pertama masihlah fosil primata berumur 30 juta tahun yang ditemukan di Mesir, Afrika Utara.
Baru mulai tahun 1990, ketika peneliti mulai menemukan fosil-fosil lain di China, yang ternyata hidup 37 sampai 45 juta tahun lalu. Empat buah gigi geraham yang diidentifikasikan sama dengan geligi milik fosil Afrotarsius libycus, yang ditemukan di wilayah Gurun Sahara di Libia. Baik sama dalam hal ukuran, bentuk, maupun umurnya.
Menurut Jean Jacques Jaeger, ahli paleontologi dari University of Poitiers, Prancis yang merupakan ketua tim peneliti, kesamaan ini mengacu pada kemungkinan bahwa kedua fosil merupakan jejak manusia primata yang datang atau berpindah ke Afrika dari Asia.
Terlebih dalam pemeriksaan lebih lanjut, dikatakan Jaeger, secara karakteristik gigi Afrasia dari Myanmar itu lebih primitif daripada Afrotarsius dari Libia.
Meski demikian, masih kurang bukti dalam mengungkap proses migrasi ini. "Tetapi sesudah itu para ahli paleontologi tetap kekurangan fosil untuk membuktikan kapan dan bagaimana migrasi terjadi dari Asia ke Afrika," ujar K. Christopher Beard, seorang ahli paleontologi pula, dari Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh, Pennsylvania. Ia mengutarakan, perpindahan manusia pada saat itu sangat mungkin mengandung skenario yang kompleks.
(Gloria Samantha. Physorg, Live Science, Science Now
Demikian hasil penemuan yang tertulis dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (4/6).
Fosil yang dinamai Afrasia djijidae ini menjadi langkah penting di dalam pembuktikan originalitas tanah asal manusia awal. Sebab, sampai 18 tahun yang lalu, manusia pertama masihlah fosil primata berumur 30 juta tahun yang ditemukan di Mesir, Afrika Utara.
Baru mulai tahun 1990, ketika peneliti mulai menemukan fosil-fosil lain di China, yang ternyata hidup 37 sampai 45 juta tahun lalu. Empat buah gigi geraham yang diidentifikasikan sama dengan geligi milik fosil Afrotarsius libycus, yang ditemukan di wilayah Gurun Sahara di Libia. Baik sama dalam hal ukuran, bentuk, maupun umurnya.
Menurut Jean Jacques Jaeger, ahli paleontologi dari University of Poitiers, Prancis yang merupakan ketua tim peneliti, kesamaan ini mengacu pada kemungkinan bahwa kedua fosil merupakan jejak manusia primata yang datang atau berpindah ke Afrika dari Asia.
Terlebih dalam pemeriksaan lebih lanjut, dikatakan Jaeger, secara karakteristik gigi Afrasia dari Myanmar itu lebih primitif daripada Afrotarsius dari Libia.
Meski demikian, masih kurang bukti dalam mengungkap proses migrasi ini. "Tetapi sesudah itu para ahli paleontologi tetap kekurangan fosil untuk membuktikan kapan dan bagaimana migrasi terjadi dari Asia ke Afrika," ujar K. Christopher Beard, seorang ahli paleontologi pula, dari Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh, Pennsylvania. Ia mengutarakan, perpindahan manusia pada saat itu sangat mungkin mengandung skenario yang kompleks.
(Gloria Samantha. Physorg, Live Science, Science Now
Posted in: Lintasan Misterius
0 komentar:
Posting Komentar