Artikel
Menarik ini misteribumikita ambil langsung dari blog
http://biron.blog.com. Dimana penulis memberikan argumennya tentang
pemisahan alam antara manusia dengan mahluk halus dan hubungan antara
mahluk manusia dan mahluk kuno..selamat membaca..
Saya teringat
pada salah seorang profesor Amerika (saya lupa namanya) yang menerangkan
rahasia otak manusia dalam tayangan National Geography. Melalui sebuah
penelitian, dia mengetahui bila sistem kerja otak manusia dibagi oleh
berbagai macam komposisi spektrum cahaya. Kombinasi spektrum cahaya
membuat seseorang mengalami situasi yang berbeda. Dominasi warna merah
akan membuat seseorang dikuasai emosi. Dominasi warna biru akan membuat
seseorang memiliki ketenangan diri.
Lantas apa hubungannya
spectrum cahaya dengan Legenda Pemisahan? Dan apa pula Legenda Pemisahan
itu? Legenda pemisahan merupakan legenda yang dimiliki seluruh bangsa
tentang adanya sebuah masa di mana manusia, makhluk kuno dan makhluk
gaib pernah hidup berdampingan lalu mengalami masa-masa pemisahan
(dipisahkan antara alam nyata dan alam gaib). Menurut Legenda Pemisahan
pula, sebelum masa pemisahan terjadi, antara manusia, makhluk kuno dan
makhluk gaib tersebut bisa hidup berdampingan serta bisa melakukan
kontak biologis (baca: perkawinan).
Kontak biologis manusia
dengan kuda kuno misalnya, menghasilkan keturunan bernama Centaur.
Kontak manusia dengan kerbau akan menghasilkan keturunan bernama
Minotaur. Kontak manusia dengan kambing akan menghasilkan keturunan
bernama Faun dan masih banyak lagi. Makhluk-makhluk kuno tersebut,
bersama para jin, fairis (peri), raksasa, hobbit dan banyak makhluk
lainnya pada masa pemisahan memilih hidup di alam gaib. Sedang kehidupan
di alam nyata diserahkan pada manusia bersama hewan murni serta
tetumbuhan. Dan di antara makhluk-makhluk itu, terikat sebuah perjanjian
untuk menghilangkan kemampuan bahasa yang menghubungkan mereka.
Dalam
legenda dunia Barat, keberadaan makhluk-makhluk kuno banyak mengusai
kisah-kisah mitologis mereka. Di dunia Timur, seperti Indonesia, banyak
pula makhluk kuno yang merujuk pada makhluk-makhluk kuno barat seperti
gandarwa yang merujuk pada raksasa, tuyul yang merujuk pada hobbit dan
banyak lainnya. Jangan lupakan pula legenda persilangan makhluk yang
menghasilkan suku Jawa, yakni asal usul suku Jawa yang berasal dari
keturunan Sayid Anwar dengan putri raja jin, Prabu Nuradi. Bahkan dalam
mitologi Timur Tengah (melalui Alkitab), Solomon atau Sulaiman, Putra
Daud, dikenal sebagai manusia yang bisa berkomunikasi dengan tumbuhan,
binatang dan makhluk gaib. Besar kemungkinan, pada masa Solomon, zaman
pemisahan belum terjadi.
Anehnya, misteri tentang Legenda
Pemisahan mendadak sirna begitu saja. Tidak ada lagi manusia yang
mengetahui Pintu Pemisahan. Yang diketahui manusia, ketika kita
melakukan pemusatan energi melalui proses meditasi, kita bisa
menyeberang ke alam lain dan berjumpa dengan makhluk-makhluk gaib.
Manusia yang melakukan meditasi merupakan manusia yang tengah mengubah
energi positifnya menuju titik spiritualitas tinggi (high spirituality).
Dan pembicaraan mengenai energi, sebenarnya tak lepas dari konsep ilmu
aura, yang menguraikan energi dalam bentuk spectrum cahaya.
Sebagaimana
yang diungkapkan profesor dari Amerika di atas, ilmu-ilmu energi yang
dikenal di dunia Timur sama-sama membicarakan tentang cahaya. Bahkan,
menurut kepercayaan monotheisme dari Timur Tengah, Tuhan juga sangat
identik dengan cahaya atau nur. Bahkan, sosok Einstein juga mengalami
kegelisahan hebat ketika sedang berpikir tentang cahaya, sampai-sampai
dia menelurkan sebuah pemikiran hubungan cahaya dan waktu; “siapapun
yang mampu menyamai kecepatan cahaya, maka waktu berhenti untuknya. Dan
siapapun yang mampu melebihi kecepatan cahaya, maka waktu akan bergerak
mundur untuknya.” Yang terbersit dalam pikiran saya, sebegitu rumitnya
pembicaraan tentang cahaya, apakah letak Pintu Pemisahan juga berada di
dalam rahasia cahaya?
Dalam sebuah kesempatan, saya pernah
mendebat serius salah satu doktor lulusan Studi Kebudayaan Amerika
tentang konsep makhluk-makhluk kuno, termasuk Tuhan, yang dianggapnya
sebagai imajinasi yang di-“nyata”kan karena manusia mengalami kebuntuan
berpikir. Dalam perdebatan tersebut saya menentang pikirannya dan
mengatakan, bahwa saya percaya Tuhan ada, dan segala kegaiban seperti
makhluk-makhluk mitologi juga pernah hidup di alam ini. Tidak mungkin
sebuah imajinasi dapat muncul di seluruh penduduk dunia tanpa sebuah
literatur atau pengalaman yang nyata.
Lalu saya mengatakan, dalam
referensi kuno dan segala kitab suci, sudah diperkenalkan adanya
makhluk-makhluk lain di samping manusia. Contoh yang paling sederhana
adalah adanya jin yang memiliki alam berbeda dengan kita. Hanya saja,
menurut sejarah kuno, makhluk-makhluk lampau itu keberadaannya
dipisahkan oleh sebuah kesepakatan yang dikenali sebagai Legenda
Pemisahan. Perdebatan itu terus berlanjut, tetapi kami tidak menemukan
sebuah titik penyelesaian. Sang doktor tetap bertitik tolak pada
keyakinan ilmiahnya, dan saya juga bertitik tolak pada keyakinan sembari
mencari bukti-bukti adanya makhluk kuno di masa lampau